in

LoveLove

5 Langkah Value Investing – Part 1 (Apa Itu Value Investing)

Apa itu Value Investing
Apa itu Value Investing

Apa itu Value investing ?

Value investing adalah sebuah teknik investasi dimana membeli saham dibawah nilai intrinsik. Nilai intrinsik ini adalah harga wajar suatu perusahaan. Membeli dibawah nilai intrinsik berarti mencegah membeli perusahaan secara mahal. Sebagai value investor kita perlu mengetahui bagaimana melakukan screening saham, menghitung harga wajar saham, margin of safety dan juga money management.

Value investing ini dipopulerkan oleh Benjamin Graham. Benjamin Graham membuat buku Security Analysis dan The Intelligent Investor. Buku ini menjadi inspirasi yang mengubah Warren Buffet dari seorang trader menjadi value investor.

Seperti yang kita tahu, Warren Buffet adalah seorang investor paling sukses yang pernah ada di muka bumi. Warren Buffet mencapai puncak kesuksesan setelah mengambil jalan sebagai seorang value investor.

Value Investing VS Growth Investing VS Contrarian Investing

Value investing sendiri saat ini terbagi menjadi beberapa aliran:

  • Value investing : teknik membeli saham yang dijual dibawah nilai intrinsik / harga wajar.

Price is what you pay, value is what you get

Warren Buffet
  • Growth investing : teknik membeli saham perusahaan yang profitnya terus bertumbuh setiap tahun. Growth Investor tidak masalah membeli saham diatas harga wajar. Mereka percaya bahwa perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus pasti meningkatkan capital gain dan dividen saham tersebut.

It’s far better to buy a wonderful company at a fair price than a fair company at a wonderful price

Warren Buffet
  • Contrarian investing : teknik membeli saham dimana mengambil posisi yang berbeda dengan persepsi pasar. Seorang contrarian akan membeli ketika market terlalu pesimis dan menjual saham itu. Seorang contrarian akan menjual ketika market terlalu optimis dan membeli saham itu. contrarian investor bisa melihat apakah market bertindak tidak rasional dan mengambil peluang dari hal tersebut. Seorang contrarian investor adalah orang yang sudah berpengalaman. Mereka sudah bisa membedakan apa itu market risk dan company risk.

Be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful

Warren Buffet

Bagi saya pribadi value investing / growth investing / contrarian investing adalah value investing. Saya menggabungkan ketiga teknik tersebut didalam investasi saham saya.

Sehingga saya merangkum value investing menjadi satu kalimat. Value investing adalah hanya membeli saham perusahaan yang memiliki kinerja bagus dan dijual murah.

Bagaimana Membeli Saham ala Value Investing ?

Dua kriteria paling penting yang harus dituruti oleh value investor adalah:

  • Hanya membeli saham perusahaan yang memiliki kinerja bagus.
  • Hanya membeli saham perusahaan yang dijual murah (dibawah nilai intrinsik / harga wajar).

Langkah – langkah membeli saham ala value investing:

Langkah 1 – Melakukan Screening Saham Ala Value Investing

Screening saham adalah langkah penting untuk menghemat waktu kita sebagai investor. Saat ini IHSG memiliki lebih dari 600 perusahaan terdaftar. Dan dari ratusan perusahaan tersebut hanya sedikit yang memiliki kinerja bagus dan sedang dijual murah. Sehingga seorang value investor perlu melakukan screening saham untuk mendapatkan calon perusahaan yang mungkin menemukan kriteria tersebut.

Saya pribadi menggunakan screener dari aplikasi stockbit. Sceener stockbit adalah yang terbaik sejauh ini yang saya temukan untuk melakukan screening saham di IHSG. Screener ini berisikan data yang paling lengkap dibandingkan aplikasi screener saham lainnya.

Screening Saham untuk menemukan perusahaan yang dijual di harga wajar

Dalam melakukan filter suatu saham kita perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

  • Analisa valuasi harga saham untuk melihat apakah perusahaan lagi dijual dengan harga mahal atau murah
  • Analisa profitabilitas untuk melihat seberapa bagus perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
  • Analisa likuiditas untuk melihat apakah perusahaan memiliki cukup aset untuk melunasi hutang perusahaan.
  • Analisa cashflow untuk melihat seberapa baik arus kas perusahaan
  • Analisa dividen untuk melihat seberapa baik return yang dihasilkan dari dividen perusahan tersebut.

Screening Saham Value Investing – Analisa Valuasi Harga Saham

Analisa valuasi harga saham berguna untuk secara sekilas melihat apakah harga saham saat ini murah atau mahal.

Banyak investor yang memiliki salah pengertian antara harga saham mahal dan murah. Banyak investor pemula yang berpikir harga saham yang dijual 100 rupiah lebih murah dibandingkan harga saham yang dijual 1000 rupiah.

  • Price to Earning Ratio (PER) adalah rasio untuk menghitung valuasi perusahaan dengan membandingkan harga saham perusahaan dengan laba bersih perusahaan per lembar. Biasanya kriteria yang digunakan untuk screening adalah PER <= 10. Hal ini berarti jika kita membeli perusahaan dengan harga saat ini senilai 10X laba bersih perusahaan per tahun.
  • Price to Book Value (PBV) adalah rasio untuk menghitung valuasi perusahaan dengan membandingkan harga saham perusahaan dibandingkan dengan ekuitas (total nilai aset perusahaan yang sudah dikurangi dengan total hutang perusahaan). Biasanya kriteria yang digunakan untuk screening adalah PBV <=1. Hal ini berarti jika kita membeli perusahaan dengan harga saat ini masih dibawah total nilai ekuitas perusahaan.

Hal penting yang perlu diingat PER dan PBV minus artinya tidak bagus. Karena artinya laba bersih perusahaan ataupun ekuitas perusahaan tersebut memiliki nilai negatif. Nilai negatif di PER berarti perusahaan tersebut dalam kondisi mengalami kerugian. Nilai negatif di PBV berarti perusahaan tersebut dalam kondisi ekuitas negatif. Nilai ekuitas negatif artinya total hutang lebih besar dibandingkan total aset perusahaan. Hal ini umumnya terjadi karena perusahaan terus menerus mengalami kerugian sehingga dia harus menggunakan hutang untuk membiayai operasional perusahaan.

Baca juga : Menggunakan PER dan PBV – Screening Saham Murah.

Screening Saham Value Investing- Analisa Profitabilitas

Analisa profitabilitas berguna untuk melihat seberapa baik perusahaan tersebut dalam menghasilkan keuntungan.

Perusahaan yang baik tentu adalah perusahaan yang bisa menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang bisa dihasilkan oleh perusahaan tentu semakin baik.

Didalam laporan keuangan kita bisa melihat tiga jenis laba:

  • Laba kotor (gross profit) adalah laba perusahaan yang didapatkan dari penjualan produk dan jasa perusahaan tersebut. Misalkan kita membuka sebuah kedai kopi. Satu gelas kopi kita jual dengan harga 30 ribu rupiah, harga modal 1 gelas kopi seharga 10 ribu rupiah maka perusahaan memiliki laba kotor (gross profit) senilai 200%.
  • Laba usaha (operating profit) adalah laba perusahaan setelah dikurangi biaya lain – lain yang menunjang kegiatan operational perusahaan seperti depresiasi aset, biaya listrik, gaji, dan lain – lain.
  • Laba bersih (net profit) adalah laba perusahaan setelah dikurangi dengan semua biaya termasuk pajak dan biaya bunga pinjaman.

Kita dapat membandingkan tiga hal ini dalam membandingkan beberapa perusahaan didalam sektor yang sama. Hal ini berguna untuk melihat perusahaan mana yang memiliki keunggulan kompetitif.

Contoh kasus analisa profitabilitas:

UNVR (Unilever) memiliki penjualan sekitar 42 triliun rupiah dalam satu tahun dengan gross profit diatas 50%. MYOR (Mayora) memiliki penjualan sekitar 24 triliun rupiah dalam satu tahun dengan gross profit sekitar 25%. Maka dengan jelas kita bisa melihat bahwa UNVR memiliki keunggulan kompetitif dibanding MYOR. Dengan gross profit 2 kali lipat dari MYOR, UNVR tetap dapat menghasilkan penjualan 2 kali lipat dari penjualan MYOR.

UNVR (Unilever) memiliki laba bersih sekitar 16% per tahun. MYOR (Mayora) memiliki laba bersih sekitar 7% membuat konfirmasi bahwa UNVR memiliki operasi bisnis yang lebih efisien dibandingkan MYOR.

Inilah yang membuat kenapa pasar berani menghargai UNVR begitu tinggi (market cap diatas 240 triliun rupiah) sedangkan MYOR dihargai dengan market cap diatas 36 triliun rupiah.

Hal ini yang juga akan menjadi daya tarik dari SIDO (Sido Muncul) dimana memiliki gross profit 53% dengan net profit di kisaran 19%. Perusahaan ini masih dihargai market dengan market cap hampir 17 triliun rupiah saat ini. SIDO adalah salah satu contoh perusahaan yang masuk kedalam watchlist saya walaupun tidak lagi dijual murah oleh pasar.

Kriteria screening saham untuk analisa profitabilitas

Untuk screening biasanya saya menggunakan kriteria net profit harus diatas suku bunga deposito saat ini. Jadi misalkan suku bunga deposito adalah 6%, maka saya akan gunakan net profit minimal 8% sebagai kriteria screening saya. Deposito adalah investasi paling aman yang bisa dilakukan oleh seorang investor. Sehingga sebaiknya kita berinvestasi kepada perusahaan yang bisa menghasilkan laba bersih diatas deposito.

Untuk gross profit saya biasanya 2 kali lipat dari target net profit saya. Sehingga saya menggunakan target minimal 16% sebagai kriteria screening gross profit saya.

Valuue investing adalah sebuah teknik untuk mencari saham perusahaan bagus yang dijual dengan harga murah.

Baca juga : Ratio profitabilitas – Melihat Economic Moat.

Screening Saham Value Investing – Analisa Likuiditas

Analisa likuiditas berguna untuk melihat apakah ada resiko perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau tidak. Sehingga dalam melakukan analisa likuiditas kita akan membandingkan antara aset perusahaan dengan hutang perusahaan.

Biasanya dalam melakukan analisa likuiditas kita melihat tiga ratio dibawah ini:

  • Ratio lancar (Current Ratio) : membandingkan antara aset lancar dengan hutang lancar perusahaan. Aset lancar adalah aset yang bersifat mudah dicairkan menjadi uang cash dalam waktu kurang dari 1 tahun. Contoh: cash, piutang usaha, persediaan. Hutang lancar adalah hutang yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun.
  • Ratio cepat (Quick Ratio) : mirip dengan current ratio tetapi tidak memperhitungkan niilai persediaan (inventory). Perusahaan bisa menjadi sesuatu yang tidak cair jika produknya tidak laku di pasar.
  • Debt to Equity Ratio (DER) : membanndingkan antara total hutang dengan total ekuitas perusaahan.

Saya biasanya menggunakan kriteria current ratio dan quick ratio diatas 2. Yang artinya total aset lancar saat ini memiliki total 2 kali hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun.

Untuk Debt to Equity Ratio (DER) saya biasanya menggunakan kriteria kurang dari 1. Yang artinya total hutang dibawah total ekuitas perusahaan. Sehingga dalam jangka panjang perusahaan ini mengalami aman dari situasi kesulitan keuangan.

Screening Saham Value Investing – Analisa Cashflow

Banyak investor sering tidak melakukan analisa cashflow perusahaan. Bagi saya pribadi analisa cashflow perusahaan sangat penting. Jika hanya boleh memilih satu jenis laporan untuk dilakukan analisa, maka saya akan memilih analisa cashflow.

Cashflow adalah urat nadi perusahaan. Jika perusahaan memiliki cashflow yang jelek maka perusahaan ini seperti terkena stroke.

Laporan arus kas (cashflow statement) terdiri dari 3 kategori :

  • Arus kas dari aktifitas operasi (CFO – Cash Flow from Operation). Kategori ini melihat perbandingan uang masuk dan keluar dari kegiatan operastional perusahaan
  • Arus kas dari aktifitas investasi. Kategori ini melihat perbandingan uang masuk dan keluar dari pembelian dan penjualan aset perusahaan termasuk divestasi anak usaha.
  • Arus kas dari aktifitas pendanaan. Kategori ini melihat perbandingan uang masuk dan keluar dari pinjaman hutang bank, pengeluaran hutang bank, ataupun dividen.

Analisa cashflow paling penting adalah melihat cash flow from operation harus bernilai positif. Analisa laporan keuangan memiliki banyak jebakan dan analisa arus kas sering kali menolong kita untuk melihat jebakan tersebut.

Contoh kasus analisa cashflow:

Sebagai contoh, untuk mendapatkan profit maka cukup meningkatkan penjualan. Ketika terjadi penjualan maka akan terbentuk jurnal akun sales dan COGS. Sehingga ketika terjadi penjualan maka profit perusahaan akan terbentuk.

Yang menjadi masalah perusahaan tersebut bisa saja memiliki profit tapi juga memiliki cashflow operation negatif. Sehingga akan jadi pertanyaan kenapa perusahaan tersebut tidak bisa melakukan penagihan piutang ke customernya.

Ketika piutang usaha tidak bisa ditagihkan maka perusahaan tidak memiliki saldo kas. Sedangkan biaya operasional harus tetap berjalan. Sehingga sebagai jalan keluar, maka biasanya perusahaan akan mengajukan pinjaman hutang. Pinjaman hutang berarti tambahan biaya bunga. Tambahan biaya bunga berarti akan mengurangi laba perusahaan.

Baca juga : Analisa Cash Flow – Penting.

Screening Saham Value Investing – Analisa Dividen

Selain capital gain salah satu keuntungan yang bisa didapatkan oleh seorang investor adalah dividen.

Dividen adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Perusahaan yang baik biasanya mau membagikan dividen.

Saya pribadi tidak menjadikan dividen sebagai patokan wajib untuk memilih saham. Saya tetap lebih mengincar capital gain yang lebih besar. Tapi jika bisa mendapatkan dividen besar dan capital gain besar tentu akan lebih baik.

Selalu melihat dividen beberapa tahun terakhir. Bisa jadi tahun lalu dividen besar tapi tahun berikutnya dividen menjadi kecil. Hal ini biasa terjadi karena perusahaan menjual aset ataupun melakukan divestasi anak perusahaan. Aktifitas penjualan aset ataupun divestasi anak perusahaan membuat laba bersih perusahaan meningkat. Tapi ini hanya bersifat sementara dan tidak bisa didapatkan secara konsisten untuk tahun berikutnya.

Sehingga penting sekali untuk melihat rata – rata dividen yield minimal 3 tahun terakhir. saya pribadi menggunakan rata – rata dividen yield 10 tahun terakhir untuk mendapatkan gambaran lebih nyata berapa besaran dividen yield yang bisa saya dapatkan.

Selalu berhati – hati jika anda masuk ke saham hanya mengincar dividen yang akan dibagikan. Karena sering kali hal ini akan membuat anda kecewa.

Baca juga : Self Made Dividen – Teknik Rahasia Menambah Return Dividen.

Setelah melakukan screening maka kita akan mendapatkan daftar saham yang memenuhi kriteria screening kita.

Baca juga : 5 Langkah Value Investing – Part 2

Follow me on:

What do you think?

Written by Thowilz

Saya adalah seorang value investor yang memiliki passion untuk mengajarkan teknik value investing kepada investor lainnya. Anda dapat membaca tulisan saya di stockbit (@thowilz), instagram, dan social media investorsaham.id lainnya.