in

Belajar Investasi Saham Dari Benjamin Graham – Guru Investor Series Part I

Guru Investor Series - Benjamin Graham
Guru Investor Series - Benjamin Graham

Benjamin Graham adalah Warren Buffetnya bursa saham US sebelum adanya Warren Buffet. Bahkan seorang Warren Buffet menganggap buku The Intelligent Investor yang memberikan inspirasi bagi Warren Buffet untuk berinvestasi value investing.

[Tweet “”Ben Graham was far more than an author or a teacher. More than any other man except my father, he influenced my life.” kata Warren Buffet.”]

Dari tahun 1936 hingga 1956, The Graham-Newman Corporation berhasil menghasilkan average return 20% per tahun dimana average return S&P 500 di kisaran 12% per tahun untuk periode yang sama.

Benjamin Graham adalah seorang yang konservatif dalam berinvestasi, pendekatan investasinya sangat menghindari risiko semaksimal mungkin. Dia tidak pernah terpancing untuk berinvestasi pada perusahaan yang lagi naik trendnya. Bagi dia laporan keuangan dan fundamental perusahaan yang baik adalah alasan dia berinvestasi pada perusahaan tersebut.

Benjamin Graham adalah investor yang menjadi pelopor untuk melihat perusahaan dari sisi value, sehingga dia kerap kali disebut THE FATHER OF VALUE INVESTING.

Perjalanan Karir Murid Benjamin Graham

Banyak mantan analis yang dulunya bekerja di perusahaan milik Benjamin Graham akhirnya sukses membuka perusahaan investasi sendiri dan menjadi sukses.

  1. Walter J. Schloss, mendirikan perusahaan WJS partnership. menghasilkan average return tahunan 21.3% selama 28 tahun dimana S&P 500 menghasilkan average return 8.4% di periode yang sama.
  2. Tom Knapp & Ed Anderson, mendirikan perusahaan Tweedy Browne Inc. menghasilkan average return tahunan 16% selama 15 tahun dimana S&P 500 menghasilkan average return 7% di periode yang sama.
  3. Warren Buffet (sebelum Berkshire Hathaway), mendirikan perusahaan Buffet partnership. menghasilkan average return tahunan 29.5% selama 13 tahun dimana S&P 500 menghasilkan average return 7.4% di periode yang sama.
  4. Bill Ruane, mendirikan perusahaan Sequoia Fund. menghasilkan average return tahunan 17.2% selama 13 tahun dimana S&P 500 menghasilkan average return 10% di periode yang sama.
  5. Charles Munger, tidak disebutkan nama perusahaannya. menghasilkan average return tahunan 19.8% selama 14 tahun dimana S&P 500 menghasilkan average return 5% di periode yang sama.
  6. Rick Guerin, mendirikan perusahaan Pacific Partners Ltd. menghasilkan average return tahunan 32.9% selama 19 tahun dimana S&P 500 menghasilkan average return 7.8% di periode yang sama.

Latar Belakang Benjamin Graham

Benjamin Grossbaum lahir pada tahun 1894. Dia adalah seorang anak dari pedagang pernak pernik yang diimpor dari China.Ketika Graham kecil, mereka sekeluarga pindah ke New York. Mereka termasuk keluarga yang bisa hidup nyaman.

Ayah Benjamin Graham meninggal ketika Graham baru berumur 9 tahun. Sehingga meninggalkan beban untuk ibunya yang bernama Dora untuk membesarkan Graham dan kedua saudaranya. Ini membuat Dora mengambil beberapa keputusan bisnis yang cukup berisiko, yang sayangnya berujung pada kegagalan. Bahkan ibunya juga berinvestasi di pasar saham pada tahun 1907 sebelum krisis keuangan terjadi. Dimana ibunya harus kehilangan uang dari investasinya di pasar saham. Pengalaman inilah yang membuat Graham muda mulai menyadari pentingnya melihat permodalan perusahaan untuk mengurangi risiko investasi dan meraih keuntungan besar.

Kondisi keuangan keluarga yang menjadi sulit membuat Graham terbiasa bekerja sejak bangku sekolah. Graham muda memang seorang yang cerdas hingga akhirnya mendapat beasiswa untuk berkuliah di Columbia University. Ketika di masa akhir kuliahnya, dia ditawari untuk mengajar mata kuliah Matematika, Bahasa Inggris dan Filsafat. Tapi Graham muda menolak dan memilih bekerja di Wall Street, tentu saja alasannya karena bisa mendapatkan bayaran lebih besar.

Perjalanan Karir Benjamin Graham

Perjalanan karir Benjamin Graham dimulai pada tahun 1914, dia bekerja di perusahaan bernama Newburger, Henderson and Loeb di bonds department. Tidak lama kemudian terjadi perang dunia I, nama Grossbaum yang seperti nama orang Jerman membuat dia mengubah namanya menjadi Graham. Sehingga Benjamin Grossbaum berubah nama menjadi Benjamin Graham.

Benjamin Graham merasakan ketidakpuasan, karena dia merasa trader di tempatnya bekerja tidak memiliki kompetensi yang seperti diharapkan. Dia merasa kebanyakan investor saat itu memiliki pengetahuan yang kurang.

Sehingga akhirnya Benjamin Graham memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri pada tahun 1926 bersama rekannya Jerome Newman. Hanya 3 tahun setelah membuka perusahaan, terjadilah krisis besar pada tahun 1929. Krisis ini membuat client Graham kehilangan banyak uang.

Ketika market pulih, Graham dan Newman memutuskan tidak mengambil compensation sama sekali untuk mereka berdua sama sekali sampai bisa mengembalikan semua kerugian nasabahnya. Sebuah integritas yang sangat luar biasa dari seorang Benjamin Graham.

Benjamin Graham mengalami kerugian pada tahun 1929-1930, tapi setelah itu Benjamin Graham tidak pernah membuat kerugian lagi untuk nasabahnya, ini testimoni yang diberikan oleh Newman.

Kondisi ekonomi keluarga yang menjadi sulit dari sebelumnya mapan dan bagaimana kisah kerugian besar di tahun 1929-1930, membuat Benjamin Graham menjadi seorang investor yang sangat konservatif yang selalu membuat prioritas untuk meminimalisasi risiko investasi terlebih dahulu.

Filosofi Investasi Benjamin Graham: Good Companies, Low Prices

Dari jaman Benjamin Graham hingga hari ini, mayoritas investor berharap mendapatkan profit dalam waktu singkat. Benjamin Graham memiliki pemikiran yang berbeda dengan konsep umum tersebut.

Bagi Benjamin Graham, investasi adalah sesuatu yang TIDAK BISA menghasilkan keuntungan mudah dan cepat. Segala sesuatu yang berpotensi menghasilkan keuntungan mudah dan cepat memiliki tingkat risiko yang BESAR. Seorang investor harus belajar bagaimana MELINDUNGI MODAL INVESTASI dan MENGHASILKAN KEUNTUNGAN.

Benjamin Graham berpendapat investor akan menjadi sukses jika mereka mau melakukan sesuatu yang berbeda dengan investor kebanyakan. Inilah kalimat yang membuat banyak orang juga beranggapan bahwa Benjamin Graham adalah seorang contrarian investor.

Apa yang dimaksud sesuatu yang berbeda adalah jangan melihat sebuah perusahaan dari sisi analisa teknikal. Yang harus dilihat oleh investor adalah 2 faktor penting itu, yaitu real value dari perusahaan tersebut dan bagaimana harga saham yang kita beli bisa menghasilkan keuntungan berdasarkan real value perusahaan tersebut.

[Tweet “In the short-term, stocks are unpredictable, but in the long run, a stock’s price tends to move with and reflect the real value of business, which is indicated by it’s fundamental. – Benjamin Graham”]

Strategi Investasi Benjamin Graham

Track Record: Average Return 20% pertahun dari tahun 1936 – 1956 dimana saat itu S&P 500 hanya menghasilkan average return 12.2% pertahun

Risk: Cocok untuk investor yang memiliki tingkat risiko yang rendah. Pendekatan investasi Benjamin Graham hanya membeli saham yang dijual jauh dibawah harga wajarnya.

Time Horizon: Jangka panjang. Benjamin Graham berinvestasi di perusahaan bukan di harga sahamnya. Dia tidak membuat keputusan investasi berdasarkan pergerakan harga saham dalam jangka pendek.

Effort: Low. Effort besar hanya di pertama kali ketika mencari saham yang layak dibeli. Setelah itu hampir tidak ada effort sama sekali yang harus dilakukan.

Step 1 – Membuang Sektor Industri Yang Tidak Menarik

Pada era Benjamin Graham, teknologi belum maju seperti jaman sekarang yang serba digital. Sehingga kriterianya:

  • Semua saham diluar sektor teknologi – PASS
  • Saham di sektor teknologi – FAIL

Saya rasa, ini sudah tidak relevan dengan jaman sekarang, karena justru perusahaan di sektor teknologi seperti Microsoft, Google, Facebook justru menjadi perusahaan yang sungguh luar biasa saat ini.

Untuk di IHSG mungkin kita bisa membuang beberapa sektor industri yang sudah masuk ke sunset industries. Saya pribadi tidak menyukai perusahaan di tiga sektor ini untuk Indonesia : Textile, Airlines dan Telecommunication.

Setiap orang tentu bisa memiliki preferensi berbeda, jadi silahkan buang sektor industri yang menurut anda tidak menarik.

Step 2 – Mencari Perusahaan Yang Memiliki Penjualan Yang Baik

Sebagai seorang investor tentu sebaiknya berinvestasi pada perusahaan yang sudah mapan. Salah satu indikator kemapanan perusahaan adalah angka nilai penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan tersebut.

Kita yang berjualan dibawah 10 miliar umumnya bisa meraih profit margin yang lebih tinggi. Tapi seiring waktu ketika penjualan kita sudah mencapai 100 miliar atau 1 triliun maka belum tentu kita bisa mempertahankan profit margin tersebut.

Kriteria angka sales adalah sebagai berikut (saya kutip dari buku The Guru Investor – John Reese, tahun 2009):

  • Sales >=340 million USD (sekitar 5 triliun rupiah) maka PASS
  • Sales <340 million USD (sekitar 5 triliun rupiah) maka FAIL

Step 3 – Memiliki Kemampuan Pembayaran Hutang Jangka Pendek Yang Aman

Benjamin Graham menyukai perusahaan yang memiliki nilai aset lebih besar dibandingkan nilai hutangnya.Salah satu risiko investasi yang paling menakuktkan adalah perusahaan tidak mampu membayar hutang sehingga perusahaan itu dinyatakan gagal bayar dan berubah status menjadi bangkrut.

Untuk itu kita perlu melihat apakah perusahaan mampu melunasi hutang jangka pendeknya atau tidak. Untuk itu kita bisa menggunakan current ratio.

  • Current Ratio >= 2 PASS
  • Current Ratio <2 tapi perusahaan sektor utilities dan telecommunication PASS.
  • Current Ratio <2 tapi bukan perusahaan sektor utilities dan telecommunication FAIL.

NB: Hati-hati perusahaan yang memiliki current asset tinggi dikarenakan piutang usaha dan persediaan yang terlalu tinggi. Bisa jadi perusahaan ini akan mengalami kesulitan likuiditas karena mereka tidak mampu menjual barangnya atau menagih piutangnya.

Step 4 – Memiliki Kemampuan Pembayaran Hutang Jangka Panjang Yang Aman

Benjamin Graham benar-benar seorang konservatif. Dia tidak suka perusahaan yang memiliki hutang dalam jumlah besar karena ini bisa menjadi sesuatu yang berisiko. Untuk mengurangi risiko investasi, Benjamin Graham hanya mau membeli perusahaan yang total hutang jangka panjang yang ada biaya bunga (long term debts) dibawah net current assets (working capital).

Net current assets ini bukan total current assets. Net current asset yang dimaksud adalah working capital, yaitu nilai current asset dikurangi nilai current liabilities.

  • Long Term Debts <= net current assets (working capital) PASS
  • Long Term Debts > net current assets (working capital) FAIL

Step 5 – Memiliki Pertumbuhan Laba Yang Konsisten

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa konsisten memberikan profit dan profitnya selalu bertumbuh setidaknya diatas nilai inflasi. Hal ini akan membuat investasi kita akan menjadi bertumbuh juga.

Salah satu indikator yang digunakan adalah Earning per Share (EPS) yang merupakan laba bersih per lembar saham.

Kriteria pertumbuhan laba Benjamin Graham:

  • >=30% dan tidak pernah EPS negatif selama 5 tahun terakhir PASS
  • >=30% dan pernah EPS negatif selama 5 tahun terakhir FAIL
  • <=30% FAIL

Step 6 – Memiliki Valuasi Murah Jika Dibandingkan Kemampuan Perusahaan Menghasilkan Laba

Benjamin Graham akan melihat, apakah harga saham di market saat ini sudah dihargai demikian murahnya atau belum.

Salah satu indikator yang digunakan adalah Price to Earning Ratio (PER) yang merupakan hasil pembagian dari harga pasar saham tersebut dengan EPS saat ini.

Kriteria Price to Earning Ratio(PER) Benjamin Graham:

  • PER <=15 PASS
  • PER >15 FAIL

NB: Penulis pribadi menggunakan standard PER maksimal 10, bahkan untuk special case saat ini penulis menggunakan PER maksimal 5.

Step 7 – Memiliki Price Book Ratio Yang Rendah

Price book value yang dimaksud disini berbeda dengan Price to Book Value (P/BV). Price book value yang dimaksud merupakan hasil perkalian antara Price to Earning Ratio (PER) dengan Price to Book Value (P/BV).

Misalkan PER perusahaan 10x dan P/BV perusahaan 1.1x maka price book ratio menjadi 11x.

Kriteria Price to Book Value (PBV) Benjamin Graham:

  • Price Book Ratio <=22 PASS
  • Price Book Ratio >22 FAIL

NB: Penulis pribadi tetap lebih suka dengan PBV dibawah 1x. Karena dengan PBV yang rendah maka price book ratio juga akan rendah dengan sendirinya.

Step 8 – Memiliki Kemampuan Pelunasan Semua Hutang

Kembali lagi hutang perusahaan yang harus dilakukan pengecekan. Perusahaan yang baik tentu memiliki modal perusahaan lebih besar dibandingkan total hutang perusahaan. Maka tentu indicator yang digunakan adalah DER (Debt to Equity Ratio), yang merupakan pembagian total hutang dengan total equity perusahaan.

Kriteria Debt to Equity (DER) Benjamin Graham adalah:

  • DER <=1 PASS
  • DER <=2.3 untuk perusahaan di sektor utilities, telecommunication, infrastructure pembangunan (penulis akan menambahkan sektor banking juga)  PASS
  • DER >1 FAIL
  • DER >2.3 untuk perusahaan di sektor utilities, telecommunication, infrastructure pembangunan (penulis akan menambahkan sektor banking juga)  FAIL

Step 9 – Konsisten Memberikan Dividen

Perusahaan yang baik umumnya akan memberikan dividen kepada pemegang sahamnya. Benjamin Graham senang dengan perusahaan yang selalu konsisten membagi dividen 20 tahun terakhir. Sesuatu parameter yang menurut saya sangat sulit.

Menurut saya pribadi selama dia konsisten memberikan dividen 5 tahun terakhir maka itu sudah menjadi sebuah indikator yang baik.

Tapi apakah kita tidak boleh berinvestasi pada perusahaan yang tidak membagikan dividen? sebenarnya boleh saja asal perusahaan tersebut bagus dan murah. Ada beberapa kasus dimana perusahaan sedang dalam proses recovery ataupun ekspansi, biasanya perusahaan tidak membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Bahkan perusahaan sekelas Berkshire Hathaway terkenal tidak suka memberikan dividen.

Tapi tentu lebih baik sebagian besar portofolio investasi saham anda kepada perusahaan yang disiplin memberikan dividen. Alasannya adalah karena dividen akan menjadi arus kas bagi seorang investor saham. Dengan mendapatkan dividen kita akan mendapatkan cash yang bisa membiayai biaya hidup kita tanpa perlu menjual saham perusahaan bagus yang kita miliki.

Step Tambahan – Menghitung Nilai Wajar dan Margin of Safety

Cukup disayangkan dibuku tersebut tidak ditambahkan bagaimana cara Benjamin Graham menghitung harga wajar perusahaan dan penjelasan bagaimana menggunakan margin of safety.

Jika ingin menyimak lebih lanjut bagaimana menghitung nilai wajar perusahaan bisa melihat tulisan lain di blog pribadi saya.

Baca juga: Menghitung Nilai Wajar ala Benjamin Graham

Jika kalian merasa tulisan ini bermanfaat, silahkan share ke sosial media kalian. Sehingga artikel ini bisa memberikan manfaat ke lebih banyak orang.

Follow me on:

What do you think?

-1 Points
Upvote Downvote

Written by Thowilz

Saya adalah seorang value investor yang memiliki passion untuk mengajarkan teknik value investing kepada investor lainnya. Anda dapat membaca tulisan saya di stockbit (@thowilz), instagram, dan social media investorsaham.id lainnya.

Comments

  1. My programmer is trying to convince me to move to .net from PHP.
    I have always disliked the idea because of the expenses.
    But he’s tryiong none the less. I’ve been using Movable-type
    on various websites for about a year and am worried about switching
    to another platform. I have heard excellent things about
    blogengine.net. Is there a way I can import all my wordpress posts
    into it? Any help would be greatly appreciated! http://herreramedical.org/chloroquine

  2. I love this cartridge. Be careful of your first draw if you are used to other carts! I love the orange and i find the high smooth. I am ordering a different flavor tonight.

  3. I love this cartridge. Be careful of your first draw if you are used to other carts! I love the orange and i find the high smooth. I am ordering a different flavor tonight.

10 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

  3. Pingback:

  4. Pingback:

  5. Pingback:

  6. Pingback:

  7. Pingback:

  8. Pingback:

  9. Pingback:

  10. Pingback:

Loading…

0