in

LoveLove CryCry WTFWTF

EPS dan Valuasi yang mana?

EPS dan valuasi yang mana?
EPS dan valuasi yang mana?

Minggu ini banyak sekali pertanyaan tentang EPS (Earning per share). Karena saking banyaknya pertanyaan ini, saya gak kuat untuk jawab satu demi satu ulang penjelasan ke orang-orang yang tanya.

Sehingga saya bilang nanti saya buatkan jadi postingan saja ya, karena kalian kan tahu ya saya klo jelasin agak panjang lebar. Bayangin saya ketik penjelasan itu berulang – ulang ke puluhan orang yang beda. Bisa – bisa tremor tangan saya.

Tapi yang saya suka dari banyaknya pertanyaan yang masuk tentang EPS ini adalah yang nanya bingung pas mau hitung valuasi harus pakai EPS yang mana. Berarti mereka telah coba untuk praktek. Itu hal yang bagus dan menyenangkan buat saya. Karena setidaknya sudah mulai banyak yang praktek untuk menjadi value investor.

Pertanyaan yang masuk ke saya kurang lebih begini: pak emiten yang bapak bahas kan laba bersihnya tahun 2020 rugi. Kalau saya hitung harga wajar pakai tahun 2020 maka pasti harga wajarnya jelek donk. Jadi saya hitung harga wajarnya pakai nilai EPS yang mana?

Mari kita refresh sedikit terkait cara perhitungan harga wajar dari Benjamin Graham. Buat penjelasan detail bisa langsung baca tulisan yang khusus bahas itu.

Baca juga : Menghitung nilai wajar saham ala Benjamin Graham

V = EPS x (8,5 + 2G) x (6,5/AAA)

EPS = Earning per share

G = Growth

6.5 = Risk rate free (suku bunga deposito, anda bisa ganti 3.75)

AAA = suku bunga obligasi (anda bisa ganti 5.57 saat ini)

Jadi mari kita pakai angka yang baru sehingga rumus yang akan kita pakai adalah

V = EPS x (8,5 + 2G) x (3.75/5.57)

Kita akan belajar beberapa contoh studi kasus perusahaan nantinya. Yang kemarin jadi pertanyaan paling banyak adalah terkait SMDR dimana EPS 2020 -14.8. Mau parameter lain diubah bagaimanapun juga maka jika EPS bernilai negatif maka valuasi harga wajar itu akan menjadi negatif. Ini yang membuat banyak orang bingung. Jadi mari kita bahas lebih lanjut tentang ini.

Selalu paham story emiten tersebut

Setiap saham tidak mungkin kita perlakukan sama. Sama halnya ketika anda sebagai lelaki berusaha mendapatkan hati gebetan anda. Setiap wanita memiliki cara treatment yang berbeda, begitu juga halnya dengan saham.

Ada baiknya anda mengerti kategori/klasifikasi saham terlebih dahulu. Tentu saja Peter Lynch adalah investor yang menerangkan hal ini dengan sangat baik. Anda bisa pilih lebih suka baca tulisan tentang kategori saham yang mana

Baca juga : Belajar Investasi Saham dari Peter Lynch

Baca juga : Belajar kategori saham dari kisah hidup Mike Tyson

Ketika anda mau menghitung valuasi harga wajar suatu saham maka anda harus tahu saham yang lagi mau anda hitung itu klasifikasi sahamnya apa? saya akan memberikan anda 3 contoh metode perhitungan yang berbeda yang biasa saya lakukan sekaligus menjawab pertanyaan kedua yang sering ditanyakan kepada saya. Pak kalau mau hitung harga wajar bapak pakai metode yang mana?

Saham Growth (Fast Grower/Stalwart)

Market itu selalu suka dengan perusahaan yang memiliki growth tinggi. Itu kenapa emiten – emiten yang memiliki growth tinggi sulit ditemukan dengan harga yang murah. Kalau begitu apakah value investor ditakdirkan hanya boleh beli saham dengan growth rendah yang dihargai valuasi murah? Jelas tidak. Banyak saham dengan growth stabil dan bagus yang bisa jadi dihargai dengan valuasi menarik.

Kode Saham20162017201820192020Average EPS GrowthLast Dividend YieldTotal Growth
PBID67.41%29.59%-24.31%66.71%24.23%5.5%29.23%
ADES70.38%-32.12%39.61%58.21%61.88%46.2%0%46.2%
Perhitungan Growth PBID & ADES

“Because of compounding, a 20 percent grower with a P/E of 20x is a better investment than a 10 percent grower selling at a P/E of 10x.”

Peter Lynch

Saham yang memiliki growth tinggi dengan valuasi yang masih masuk akal selalu akan menjadi pilihan investasi jangka panjang yang lebih menarik dari perusahaan dengan growth biasa saja dengan valuasi yang murah.

PER & Growth Simulations

Jika kalian lihat tabel diatas, jika kita beli perusahaan A dengan PER 20x dan perusahaan B dengan PER 10x disaat bersamaan. Perusahaan A memiliki growth konsisten 20% dan perusahaan B memiliki growth konsisten 10% maka di tahun ke 9 kita akan mendapati perusahaan A sudah akan memiliki valuasi yang lebih menarik dibandingkan perusahaan B dari harga pembelian awal kita.

Inilah kenapa market suka dengan perusahaan yang memiliki growth bagus. Compounding adalah cheat sesungguhnya di dalam investasi, apapun jenis investasi kamu.

Itu kenapa Peter Lynch menggunakan PEG Ratio, dimana cara hitungnya very simple. Tinggal bagi PER dengan total growth saat anda mau beli. Simple banget kan?

Agar lebih jelas, mari saya bahas dengan contoh 2 emiten diatas.

  • PBID memiliki total growth 29.23% saat ini PER 7.08. Maka PEG Rationya adalah 0.24 (7.08/29.23). Lynch sendiri memilih PEG 1 sebagai target harganya. Sebenarnya kalau kalian lihat rumus ini, Maka target exit PBID adalah memiliki PER setara dengan growthnya, yaitu PER 29.23x. Jika EPS PBID di tahun 2020 adalah 198.19. Maka PER 29.23x senilai dengan valuasi 5.793.09. Tapi kan perhitungan seperti ini tidak luput dari kesalahan, orang yang itung pake kalkulator Texas aja lebih sering buat perhitungan valuasi ngaco apalagi perhitungan valuasi gampang begini. Maka kita berikan Margin of Safety 50% untuk toleransi kesalahan kita sehingga nih anggap harga wajarnya adalah 2.896,54.
  • ADES memiliki total growth 46.2% saat ini PER 7.77. Maka PEG rationya adalah 0.16 (7.77/46.2). EPS tahun 2020 bernilai 230.19. Artinya jika kita memberikan valuasi PER 46.2x maka itu senilai 10.634. Tapi kan PER 46.2x ini gila, u mau jadi kaya HMSP tahun 2018? Jadi selalu berikan Margin of Safety dan saya tidak pernah nawar MOS 50%. Jadi valuasi nya akan menjadi 5.317,38.

Untuk perusahaan Growth, maka saya akan menggunakan EPS tahun terakhir, ketika tulisan ini dibuat artinya menggunakan EPS tahun 2020. Mungkin ada yang tanya kok dividend cuma pakai tahun terakhir kenapa gak pakai angka dividend yield tiap tahun dan diambil averagenya? Ingat emiten yang saya lagi jadikan contoh saat ini adalah emiten growth. Laba konsisten bertumbuh. Kalau laba konsisten bertumbuh maka dividennnya konsisten bertumbuh atau tidak? Pinter gak usah saya jawab kalian sudah tahu kan jawabannya.

Tapi siapa tahu ada yang malas mikir, maka saya akan berikan screenshot history dividend dari emiten yang katanya sunset industry PBID ini.

Historical Dividen PBID

Jadi sebagai kesimpulan untuk menjawab dua pertanyaan diatas. Untuk saham dengan klasifikasi growth (fast grower/stalwart) saya menggunakan valuasi PEG ratio dan menggunakan EPS tahun terakhir.

Saham Cyclicals

Saham cyclicals adalah saham yang pertumbuhan penjualan dan laba tidak konsisten. Mereka memiliki siklus kapan terjadinya kenaikan penjualan produk/jasa mereka tergantung kondisi market mereka.

Jenis industri yang termasuk saham cyclicals adalah emiten di sektor pertambangan, automotive ataupun property.

Untuk lebih paham tentang saham cyclicals saya sarankan anda baca tulisan saya yang lain yang bahas tentang ini.

Baca juga : Belajar lebih dalam tentang saham cyclicals

Berinvestasi pada saham cyclicals memiliki tingkat risiko cukup tinggi, karena jika anda salah timing masuk/keluar maka peluang besar anda melihat floating loss besar bukanlah hal asing untuk investor di klasifikasi saham ini.

Cylicals are like blackjack; stay in the game too long and it’s bound to take back all your profit

Peter Lynch

Itu kenapa saya sejujurnya di posisi garuk-garuk kepala kalau ada yang bilang mau simpan saham sektor cyclicals hold forever karena dividennya top markotob. Saya pribadi walaupun saat ini fans garis keras saham sektor coal, akan ada waktunya saya suatu saat membuat tulisan sentimentil berpisah dengan saham coal ini.

Karena fluktuatifnya kinerja saham cyclicals hal ini membuat bingung banyak orang. Perusahaan yang tadinya rugi bisa menjadi untung besar hanya dalam 1 kuartal yang berbeda. Jadi bagaimana cara hitung harga wajarnya?

Ingat baik-baik saya penganut tidak simpan saham cyclicals selamanya, dari 4 emiten saham coal yang saya punya mungkin hanya PTRO yang saya masih pertimbangkan untuk simpan nantinya walaupun siklus coal berakhir. Karena saya suka proses efisiensi project minervanya. Seperti yang saya bahas di tulisan hidden gem series.

Baca juga : Hidden Gem Series – Efisiensi Project Minerva PTRO

Buat saya pakai rumus hitungan Benjamin Graham cocok – cocok saja untuk saham cyclicals ini. Tetapi bagaimana memasukkan angka EPS didalam perhitungan memang tricky.

Mari saya tulisan ulang rumus Benjamin Graham yang tadi kita sudah adjust ke kondisi hari ini.

V = EPS x (8,5 + 2G) x (3.75/5.57)

Kode SahamEPS 2020EPS Q1 2021EPS Q1 Annualized 2021Harga Wajar EPS 2020 (Sebelum MOS)Harga Wajar EPS 2021 Annualized (Sebelum MOS)
ITMG485.64542.692170.7612.587.8456.266,33
ABMM-180.07137.02548.08-4.667.4314.206,29
SMDR-14.1859.08236.32-367.546.125.43
Perbandingan valuasi saham cyclicals

Jika kita lihat di tabel diatas akan terlihat perbedaan sangat jauh antara valuasi harga wajar menggunakan EPS tahun 2020 dan EPS 2021 (annualized dari Q1). Jelas saja berbeda karena laba emiten-emiten cyclical ini menanjak begitu tingginya ketika memasuki siklusnya.

Kita sama-sama tahu coal si “sunset industry” harganya sudah diatas 140 usd, SMDR harga jual naik tinggi karena meningkatnya harga container yang dapat kita lihat dari world container index sebagai benchmark.

Untuk industry cyclicals yang harus anda jawab adalah, apakah kenaikan di kuartal ini adalah wajar dan bukan bersifat temporary? Kalau kita lihat dari jaman orang tebar fear ketika coal 70 usd hingga terus aja tebar ini sunset industry sampai coal 150 usd saya rasa hanya yang bebal saja yang masih gak percaya kinerja emiten coal ini memang membaik.

Jika emiten cyclicals ini memang anda percaya kinerja akan membaik seiring masuk kedalam era siklusnya, apakah anda yakin emiten cyclicals ini akan memiliki kinerja lebih baik lagi untuk kuartal berikutnya?

Jika kedua jawaban diatas adalah YA. Maka anda bisa gunakan EPS annualized dari kinerja kuartal di tahun ini. Inti logikanya begini, gunakan asumsi pesimis mungkin. Jika dari asumsi pesimis saja hasilnya masih enak maka ya sikat bre.

Tapi cyclicals kan ini berbahaya ya, harga bisa naik tinggi dalam waktu cepat itu berarti harga juga bisa turun cepat donk? YES. Itulah gunanya kita gunakan margin of safety. Itu kenapa saya selalu put margin of safety BESAR. Untuk bersiap-siap jika segala kemungkinan terburuk terjadi.

Kode SahamValuasiValuasi MOS 50%Valuasi MOS 75%
ITMG56.266,3328.133,1614.066,58
ABMM14.206,297.103,143.551,57
SMDR6.125.433.062,711.531,36
Valuasi Saham Cyclicals dengan MOS

Bahkan dengan kita menggunakan asumsi EPS dari saham coal yang Q1 kita tahu hampir semuanya penjualan menurun karena masalah cuaca maka dengan MOS 50% saja kita masih mendapatkan marjin yang memuaskan dari harga saat ini.

Bahkan jika ada yang komentar, saham cyclicals itu berbahaya karena sewaktu-waktu harga jual produk/jasanya bisa nyungsep besar sekali. Bagaimana kalau kita tambahin margin of safety jadi 75%. Apakah ini terdengar fair? Maka dengan margin of safety 75% hanya ITMG doank yang saat ini harganya sudah diatas valuasi dengan MOS 75%. Jika anda lihat ABMM dan SMDR maka anda masih bisa dapatkan lebih dari 1 bagger bahkan dengan valuasi MOS 75%.

Jika dengan perhitungan paling pesimis saja anda bisa lihat potensi profit yang masih bagus maka memang saham cyclicals ini memiliki potensi menarik untuk dicermati untuk para investor saham cyclicals.

Saya investor pengecut, saya takut rugi. Untuk itu saya pakai rumus paling goblok untuk susah rugi. Yaitu buat perhitungan sepesimis mungkin, jika dengan hitungan paling pesimis saja saya masih bisa melihat potensi profit yang memuaskan ya kenapa tidak.

Jadi untuk saham cyclicals saya menggunakan rumus valuasi dari Benjamin Graham dan tidak masalah menggunakan EPS annualized dari kuartal di tahun ini SELAMA saya yakin bahwa peningkatan kuartal Q1 ini tidak hanya bersifat sementara 1 kuartal itu saja.

Jika anda tertarik kenapa saya yakin dengan prospek industri kapal di tahun ini anda bisa ke IG Story saya dan cari highlight IG Story berjudul SMDR. Jika kenapa saya yakin dengan prospek industri coal di tahun ini maka anda bisa baca tulisan saya yang banyak terima DM bahwa pandangan saya salah ketika saya 5 bulan lalu menulis bahwa kita masuk era supercycle commodities

Baca juga : Apa itu supercyclce commodities?

Saham Asset Play

Saya mungkin akan bahas contoh saham yang sudah tidak ada di portofolio saya lagi, yaitu MMLP yang saya lepas pertama di kisaran 350 dan saya lepas full di 680.

Tahun lalu saya pertama kali beli di harga 180 yang artinya saat itu market cap sekitar 1.2 Triliun rupiah. Ketika saya beli emiten ini memiliki saldo cash 190 Miliar rupiah, Aset Property 6.1 Triliun rupiah dan total hutang 1.3 triliun rupiah.

Ini berarti ketika saya beli MMLP saya mendapatkan cash dan aset property senilai 6.29 Triliun rupiah. Lalu saya menanggung harga perusahaan dan total hutang yang ditanggung sebesar 2.5 Triliun rupiah.

Jika kita kurangkan nih ya dapat real aset senilai 6.29 Triliun rupiah dan tanggungan saya 2.5 triliun rupiah, artinya saya dapat GRATISAN 3.79 Triliun rupiah. Mari kita abaikan bahwa MMLP ini tahun sebelumnya berhasil menghasilkan laba bersih 279 Miliar rupiah. Karena saya beli MMLP karena story dari aset gratisannya bukan karena perusahaan ini labanya bagus. Walaupun sebenarnya sih labanya tidak jelek jika kamu bandingkan dengan market cap saat saya beli.

Sehingga ketika market berbaik hati menurunkan harga ke 130an maka saya dengan bahagia membeli lagi emiten ini hingga average saya 160.

Ingat apa story saya beli? Karena dapat aset gratisan. Jadi kalau emiten ini sudah tidak menarik lagi dari nilai aset gratisannya maka ya saya dengan ikhlas untuk exit. Laporan keuangan terakhir yang sudah keluar adalah laporan keuangan Q3 2020.

Cash 1.2 Triliun rupiah, Aset Property 4.3 Triliun rupiah artinya real asset dia senilai 5.5 Triliun rupiah. Jika kita bagi dengan jumlah saham beredar 6.89 miliar lembar saham ini senilai dengan harga saham 798 rupiah perlembar saham. Ketika akhirnya MMLP menembus angka itu, jujur saya berharap siapa tahu dapat jackpot naik lebih tinggi. (MMLP sempat sentuh 895). Tapi karena akhirnya gagal lanjutin penguatan ya sudahlah memang sudah saatnya profit taking dengan ikhlas dan bahagia.

Kesimpulan untuk saham asset play, bahkan saya tidak ada bahas EPS sama sekali diatas dan menggunakan cara perhitungan ala pedagang di glodok. Sesimpel itu.

Saham Turnarounds

Saham turnarounds bukanlah jenis saham yang mudah untuk dianalisa dan ditemukan. Anda akan sulit menghitung sebuah valuasi perusahaan yang menunjukkan perbaikan tetapi masih dalam kondisi RUGI.

Apakah saya ada berinvestasi pada saham turnaround yang kondisinya saat itu masih rugi? Jawabannya ADA. Apakah saya tahu berapa valuasi harga wajar untuk saham turnaround ini? Saya akan jawab jujur TIDAK. Bagaimana saya bisa hitung valuasi perusahaan akan menjadi berapa tetapi perusahaan itu masih rugi. Saya ga mau menjawab bullshit thing pakai teknik valuasi janji masa depan.

Tapi kenapa saya berani berinvestasi pada saham turnarounds itu? Bagi saya suatu saham bisa diklasifikasikan sebagai saham turnarounds jika memenuhi dua syarat ini:

  • Adanya efisiensi biaya
  • Adanya peningkatan pendapatan

Untuk emiten turnaround yang saya berani beli dalam kondisi masih rugi, saya melihat adanya perbaikan efisiensi dari segi COGS, beban operasional dan beban penjualan. Saya juga melihat adanya peningkatan penjualan yang memuaskan. Kedua faktor tersebut membuat saya berani “titip sendal” sembari terus melihat perkembangan growth emiten ini apakah memang sebaik yang saya analisa atau tidak.

Kalau dalam beberapa kuartal kedepan ternyata kinerja emiten ini memang terus membaik barulah saya pede untuk menuliskan sebagai tulisan hidden gem series di kemudian hari.

Jangan tanya saya saham apa ini, karena membeli saham turnarounds dalam kondisi laba yang belum bagus tentulah berisiko. Saya gak mau ajak anda mengambil risiko itu, sehingga saya tidak akan jawab emiten apa yang saya maksudkan.

Tentu akan lebih aman jika anda berinvestasi pada saham turnaround yang memang sudah menunjukkan kesuksesan menghasilkan laba yang baik. Saya ga perlu sebutlah ya contoh emitennya, saya yakin anda bisa nebak apa yang saya maksud.

Saham Slow Growth

Sejujurnya sih jika saham ini non cylical dan growthnya rendah, maka kemungkinan saya membeli hanyalah jika emiten ini dihargai terlalu murah. Bisa jadi emiten ini karena saking rendahnya growth perusahaan tersebut dihukum market hingga menjadi sangat murah sehingga bisa menjadi asset play company.

Ataupun mungkin akan menarik secara valuasi jika kita hitung dengan rumus Benjamin Graham layaknya saham cyclicals. Tapi ingat ini bukan saham cyclicals yang laba bisa tiba-tiba meningkat tajam seiring dengan siklusnya. Jadi berbeda dengan saham cyclicals yang saya bisa pakai EPS annualized, emiten slow growth saya pasti hanya menggunakan EPS tahun lalu untuk perhitungan valuasinya.

Kesimpulan

Beda perusahaan beda alasan beli. Beda alasan beli beda cara hitungnya. Jadi selalu pahami apa story dibalik emiten yang mau anda beli. Kalau anda salah mengenali story emiten anda ya sama halnya anda salah membedakan mana wanita tulen dan mana wanita modifikasi. Anda bisa menyesali kesalahan pengambilan keputusan anda dimasa depan.

Jika anda lihat penjelasan diatas, apakah saya ada menggunakan penetapan harga wajar baku adalah PER 10x ataupun PBV 1x? Semoga anda tidak menangkap hal seperti itu dalam tulisan – tulisan saya.

Jika anda lihat penjelasan diatas, apakah saya menggunakan cara perhitungan ataupun logika canggih yang rumit agar terkesan jenius? Bahkan cara hitung valuasi saya sangat simple sampai-sampai mungkin anak SMP yang masih sedot pop-ice pun bisa paham logika berpikir diatas.

Saya tidak terlalu fanatik pada perhitungan teknik valuasi tertentu. Saya akan jawab tidak ada teknik perhitungan valuasi yang PALING AKURAT. Valuasi hanya membantu kita mengambil keputusan dengan AKAL SEHAT.

Jika dengan asumsi paling pesimis saja anda bisa yakin tetap meraih keuntungan bagus maka inilah AKAL SEHAT yang saya maksudkan. BARU BELI SUDAH UNTUNG itu adalah basic framework saya dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi BAHKAN berspekulasi.

Itu mungkin menjadi alasan kenapa saya tidak pernah satu jalur dengan para penganut asumsi proyeksi masa depan yang belum kejadian. Baru beli berharap untung bukanlah jalan ninja yang saya mau tempuh dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.

Apakah metode ini memberikan return yang paling besar? saya akan jawab TIDAK. Tetapi setidaknya saya sudah puas dengan segala return yang saya dapatkan, effort yang perlu saya keluarkan dan ketenangan batin bagi diri saya.

Jika dengan perhitungan paling pesimis pun anda bisa diyakinkan akan meraih keuntungan yang baik, maka saya rasa cukup logis jika konsep ini membuat anda bisa memiliki ketenangan batin ketika harga saham anda turun dan keyakinan anda bisa meraih keuntungan yang baik.

Follow me on:

What do you think?

10 Points
Upvote Downvote

Written by Thowilz

Saya adalah seorang value investor yang memiliki passion untuk mengajarkan teknik value investing kepada investor lainnya. Anda dapat membaca tulisan saya di stockbit (@thowilz), instagram, dan social media investorsaham.id lainnya.

Comments

  1. Saya salah satu pembaca setia blog ini. Tapi saya bingung mendapatkan angka Average EPS Growth PBID dan ADES di contoh di atas. Hitungannya dapat dari mana, ya? Tks

  2. I have read a few just right stuff here. Certainly value bookmarking for revisiting. I surprise how so much attempt you set to create the sort of excellent informative website.

2 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

Loading…

0